Kemampuan membaca, memahami, dan memilah informasi semakin penting di tengah kelindan banjir informasi saat ini. Konten berita bisa menjadi salah satu sumber kredibel untuk melengkapi literasi digital bagi masyarakat. Sayangnya, publik masih enggan mengakses jenis informasi ini.Konsumsi berita di internet perlu diperkuat sebagai aspek penting peningkatan literasi digital warga. Saat ini, kebingungan atas benar dan salah sebuah berita peristiwa masih menghinggapi masyarakat akibat banyaknya hoaks.

Hasil Survei tatap muka nasional Kompas pada April 2021 lalu merekam gambaran konsumsi bermedia digital masyarakat Indonesia yang belum mencerminkan melek literasi.

Dari survei ini ditemukan bahwa separuh lebih (54,3 persen) masyarakat sudah merasa cukup dengan apa yang disediakan oleh internet. Kelompok ini menyatakan telah menemukan informasi yang dibutuhkan dan diinginkan di internet. Sementara itu, ada 24 persen yang mengatakan tidak selalu mendapatkan informasi yang dibutuhkan.

Namun, jika ditelusuri, rasa cukup informasi oleh masyarakat itu ternyata semu. Mayoritas publik masih mengakses informasi bukan dari sumber berita yang lebih tepercaya dan dalam proporsi yang minim pula. Ada sejumlah alasan terhadap kesimpulan ini.

Pertama, hasil survei merekam sudah ada 65,7 persen publik responden yang secara berkala mengakses situs berita online. Sayangnya, mayoritas durasi dalam mengakses berita masih di level yang rendah baik dari skala mingguan dan harian.

Tercatat hanya satu dari sepuluh responden yang selalu membuka situs berita online setiap harinya. Sementara itu, 12,7 persen mengakses 3-6 kali dalam seminggu. Mayoritas dari proporsi pengakses berita, yakni 41,9 persen, hanya mengakses situs berita 1-2 kali dalam seminggu.

Dari skala durasi waktu, sebagian besar mengonsumsi berita dalam kategori rendah. Dihitung dari total pengakses berita, hanya 4,6 persen responden yang menikmati berita di situs berita online lebih dari 60 menit. Dalam proporsi yang makin besar, sejumlah 12,3 persen mengakses berita selama 31-60 menit dan 83,1 persen menikmati berita tidak lebih dari 30 menit per hari.

Dengan gambaran itu bisa disimpulkan relatif masih minimnya informasi kredibel yang diakses oleh publik (netizen).

Penikmat situs berita online dengan kategori konsumsi sedang ke tinggi didominasi masyarakat kategori usia dewasa (17-40 tahun). Sementara dari kelompok masyarakat senior (usia 41-60 tahun), tak lebih dari 20 persen yang masuk kategori ini.

Warga senior menyumbang proporsi paling banyak pada kelompok yang sama sekali tidak pernah mengakses berita di situs berita online. Artinya, kelompok ini rentan dengan kabar-kabar bohong.

Latar belakang pendidikan turut menjadi variabel yang memengaruhi karakter bermedia masyarakat. Semakin tinggi pendidikan, semakin sering pula mengakses berita dari situs berita online.

Risiko rentan terhadap paparan informasi yang tak berkualitas bisa dilihat pula dari kandungan hoaks di sebuah informasi. Hasil survei dari Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi pada 2019 menunjukkan hampir seluruh responden (95,8 persen) mengaku pernah menjumpai hoaks. Sayangnya, 54,4 persen dari kelompok tersebut mengaku bingung membedakan konten hoaks dan fakta, padahal survei ini dilakukan pada responden yang mayoritas terpelajar berusia 15-45 tahun.


0 Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *