13 September 2021

2 September 2021

16 September 2021

17 September 2021

20 September 2021

22 September 2021

Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kalimantan Selatan “4”

“Target Tinggi Indeks Literasi”

Keseriusan Dinas Perpustakaan dan Arisp (Dispersip) Kalimantan Selatan (Kalsel) dalam membangun literasi masyarakat Kalimantan Selatan tidak main-main. Memasang target IPLM sebesar 55 poin pada 2022, membuatnya sangat jauh meninggalkan target IPLM Nasional dan Perpusnas yang hanya berada di angka 13. Untuk itu, perlu upaya dan kerja keras maksimal dari seluruh pegawai Dispersip Kalsel. Meskipun Dispusip didukung dengan anggaran besar, dukungan dari Dispersip kabupaten/kota sangat dibutuhkan. (lebih…)

Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kalimantan Selatan “3”

“Lobi Anggaran Program Perpustakaan”

Prestasi yang ditorehkan Dinas Perpustakaan dan Arisp (Dispersip) Kalimantan Selatan (Kalsel) tidak lepas dari kerja keras tim di belakangnya. Dispersip Kalsel memliki Tim yang solid untuk mengeksekusi semua program yang dilaksanakan. Tim inilah yang berkontribusi paling besar dalam mendukung dalam mendukung berbagai program Dispersip Kalsel. Tim tersebut juga mampu menerjemahkan keinginan dan wacana yang ada dalam benak Kepala Dispersip Kalsel Nurliani Dardie. Tim tersebut terdiri dari Pegawai Negeri Sipil dan tenaga kontrak. (lebih…)

Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kalimantan Selatan “2”

“Momen Penting Penguat Relasi”

Sekira pukul 09.00 WITA Perpustakaan Palnam terlihat ramai oleh pengunjung. Perpustakaan Palnam memang membuka layanan tepat pukul 09.00. Para pengunjung bahkan ada yang datang sebelum perpustakaan dibuka. Mereka umumnya datang bersama rekannya, seperti halnya Andi, seorang mahasiswa semester 5 di Universitas Sari Mulia (USM) Banjarmasin. Andi tidak datang untuk membaca buku atau mencari referensi. Andi datang ke Perpustakaan Palnam untuk membuat kartu tanda anggota perpustakaan yang tengah diwajibkan oleh kampusnya. “Kartu anggota menjadi persyaratan bebas pustaka di kampus,” ungkap Andi. (lebih…)

Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kalimantan Selatan “1”

“Keberanian Berbuah Prestasi”

Bagi Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel), memborong tiga penghargaan dalam Gemilang Perpustakaan Nasional 2021 bukanlah hal mudah layaknya meminta kepada lampu ajaib dalam serial “Aladin”. Ada keringat, keberanian, dan strategi dalam setiap langkah yang ditempuh untuk menyukseskan literasi di Kalsel. Tiga penghargaan tersebut bukan hanya mengangkat nama Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kalsel di kancah nasional, tetapi juga turut mengharumkan Provinsi Kalsel sebagai provinsi yang berhasil dalam membangun literasi di Indonesia. Ketiga penghargaan itu adalah menjadi provinsi dengan Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) tertinggi, Penghargaan Nugra Jasa Dharma Pustaloka untuk Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kalsel Nurliani Dardie, dan penghargaan yang sama untuk Bupati Hulu Sungai Utara (HSU) Abdul Wahid HK.
 

Pada 2020 Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) mendapat Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) tertinggi di Indonesia dengan angka 48,70, jauh di atas rata-rata IPLM Nasional yang berada di angka 11. Atas pencapaian tersebut, Kalsel mendapat penghargaan dari Perpustakaan Nasional (Perpusnas) sebagai daerah yang memiliki kepedulian tinggi terhadap kecerdasan masyarakat. Penghargaan tersebut diberikan kepada beberapa tokoh yang dianggap berpengaruh dalam mendukung literasi di Kalsel. Tokoh tersebut adalah Gubernur Prov Kalsel Sahbirin Noor, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispersip) Nurlianie Dardie, dan Bupati Hulu Sungai Utara (HSU) Abdul Wahid HK. Nurlianie dan Abdul Wahid juga mendapat penghargaan Nurga Jasa Dharma Pustaloka, sebagai tokoh yang memiliki kepedulian terhadap pembangunan literasi di daerah.
Keberhasilan literasi Kalsel tidak lepas dari peran Kepala Dispersip Kalsel Nurliani. Masyarakat memanggilnya Bunda Nunung. Ia menjadi inspirasi, mediator, motivator, kreator, sekaligus menjadi provokator dalam menggerakkan minat baca masyarakat. Pengalamannya mengelola perpustakaan di Kota Banjarbaru selama 13 tahun tidak sia-sia. Hal itu menjadi modal utama membangun Dispersip Kalsel dan minat baca dalam beberapa tahun terakhir. Nunung juga memiliki cara pandang berbeda terhadap literasi daerah. Pengalamannya melihat berbagai perpustakaan di dalam dan luar negeri memberikan wawasan mengenai cara pandang mengelola perpustakaan. “Saya pernah ke John Jay Library untuk menghadiri London Bookfair. Kemudian ke Perpustakaan Eidenberg. Terakhir saya ke Athena. Itu saya lakukan ketika masih di Kantor Perpustakaan Banjarbaru” ucap Nunung.
Sebelum menjadi Kepala Dispersip Kalsel, Nunung awalnya menjabat sebagai Kepala Kantor Perpustakaan Banjarbaru. Di mata orang terdekatnya, Nunung dianggap sebagai orang yang memiliki passion di bidang literasi. Keberhasilan mengelola perpustakaan juga sangat kentara di Kantor Perpustakaan Banjarbaru. Bahkan ia menjadi aktor utama perubahan ke arah yang lebih baik. Namun sangat disayangkan, Perpustakaan Banjarbaru tidak memiliki regenerasi, sehingga sepeninggal Nunung, pengelolaan perpustakaan di Banjarbaru tidak begitu baik. Hal itu diungkapkan oleh Sekretaris Dispersip Kalsel Ramadhan. ““Penarikan Bunda Nunung ke Dispersip Prov Kalsel memang tidak salah. Waktu di Kota Banjarbaru, ibu bisa bereputasi. Tetapi sekarang di provinsi, tidak ibu saja yang berprestasi, Gubernurnya juga bereputasi, dan daerah-daerah lainnya juga ikut bereputasi”, ungkap Ramadhan.
Kinerja Nunung yang cukup moncer dilirik oleh Gubernur Provinsi Kalimantan Selatan saat itu Sahbirin Noor pada 2016, hingga akhirnya ia dilantik menjadi pegawai Dispersip Kalsel. Perjalanan Bunda Nunung di Dispersip Prov Kalsel tidak langsung menjadi kepala Dispersip. Awalnya ia ditempatkan sebagai Kepala Bidang Pelayanan dan Pembinaan Perpustakaan. Selama 3 bulan menjabat, awal 2017 ia merangkap jabatan sebagai Pelaksana tugas (Plt) Kadispersip, setelah pejabat sebelumnya dipindah ke instansi lain. Selama menjadi Plt itu, ia tidak tinggal diam. Bersama Gubernur Kalsel, ia membuat komitmen pencanangan Gerakan Kalsel Membaca saat peringatan Hari Buku Nasional 2017. Nunung juga menginisiasi Kalsel Bookfair, dengan mendatangkan berbagai tokoh dan selebritis seperti Najwa Shihab yang saat itu menjadi Duta Baca Nasional.
Acara tersebut membuat antusiasme masyarakat tidak terbendung. Kegiatan tersebut menjadi sebab Nunung kemudian diangkat menjadi Kepala Dispersip Kalsel. “Mendengar gaung kegiatan Dispersip yang sangat besar, Gubernur Kalsel tidak ingin apabila kegiatan itu dibuka oleh seorang pelaksana tugas. Saya yang sebelumnya telah mengikuti ujian open bidding sebagai Kadispersip, dan telah masuk ke tahap akhir, kemudian dilantik sebagai Kadispersip sebelum kegiatan pembukaan Kalsel Bookfair dimulai,” cerita Nunung.
Kreativitas menghadirkan program yang bermanfaat bagi masyarakat adalah faktor utama karier seorang Nunung menjadi Kepala Dispersip. Namun menjadi seorang Kepala Dispersip tersebut juga tidak lepas dari faktor lain seperti kedekatan Nunung dengan tokoh politik di Kalimantan Selatan. Tokoh tersebut adalah Wali Kota Banjarbaru Rudy Resnawan. Rudy sempat menjabat Walikota selama dua periode antara 2000 hingga 2005 dan 2005 hingga 2010. Tepat ketika Nunung berada di Kantor Perpustakaan Banjarbaru. Pada 2016-2020 Rudy menjadi Wakil Gubernur Kalsel kala itu berpasangan dengan Sahbirin Noor. Rudy saat itu merekomendasikan Nunung kepada Paman Birin, panggilan akrab Sahbirin Noor Gubernur Kalsel. Paman Birin akhirnya menerima tawaran tersebut, sebab Nunung dianggap memiliki kapasitas mumpuni untuk mengelola Dispersip.
Berada di Dispersip Kalsel, awalnya Nunung tidak didukung oleh berbagai fasilitas. Gedung Perpustakan juga bukanlah bangunan modern. Gedung perpustakaan yang saat ini berada di KM 6 Jl. A.Yani Kota Banjarmasin ini, dulunya adalah bangunan cagar budaya. Sedangkan bangunan asli Dinas Perpustakaan berada di Jl. Kapten Pierre Tendean Nomor 5 Kelurahan Gadang, Kecamatan Banjarmasin Tengah, Kota Banjarmasin. Gedung layanan perpustakaan diberi nama Perpustakaan Palnam, yang memunyai arti lokasi perpustakaan yang berada di kilometer enam (Pal Enam). “Agar lebih mudah diingat masyarakat, makanya kita buat namanya Perpustakaan Palnam” ungkap Ramadhan.
Bangunan seluas 2 hektar itu memanjang ke belakang. Tepat di depan Gedung Perpustakaan Palnam adalah gerbang perbatasan antara Kabupaten Banjarbaru dengan Kota Banjarmasin. Perpustakaan itu terlihat kontras karena di kanan dan kiri gedung adalah tanah kosong, yang ditumbuhi pohon talas. Sekelilingnya adalah anak sungai, Bangunan tersebut mempertahankan bentuk rumah adat banjar yaitu Rumah Bubungan Tinggi. Rumah tersebut khas dengan atap tinggi berbentuk limas, sehingga terlihat seperti Pisang Sasikat (pisang sesisir).
Di depan Perpustakaan Palnam terdapat patung keluarga bekantan yang sedang membaca buku. Layaknya Patung Merlion yang menjadi ikon Singapura. Kalimantan Selatan juga menjadikan Bekantan sebagai ikon ibu kota Kalimantan Selatan. Makna tersirat dari patung keluarga bekantan yang sedang membaca buku menunjukkan, budaya membaca di Kalimantan Selatan dimulai dari lingkup paling kecil yaitu keluarga. Seolah patung tersebut berupa sindiran kepada masyarakat. “Bekantan aja membaca, masak manusia nggak mau membaca?” celoteh Ramadhan.
Berbeda dengan kondisi sebelumnya yang dianggap kumuh dan terbelakang, tangan dingin Nunung mengubah Perpustakaan Palnam menjadi indah, dan bersih. Sebelum di tangan Nunung, perpustakaan tersebut sering kali mendapat sindiran. Misalnya, sindiran datang dari pimpinan umum Banjarmasin Post, yang menganggap Kantor Dispersip menjadi sarang hantu ketika malam hari dan menjadi sarang binatang di siang hari. Saat ini perpustakaan kian dipoles. Ketika hari mulai gelap, perpustakaan pun terang, lampu-lampu dipasang di setiap sudutnya. Di beranda depan yang menghadap jalan, nama perpustakaan memancarkan lampu warna warni. Saat malam tiba lampu juga menyala di atas atap mengikuti bentuk atapnya. Di pintu masuk dipasang lampu besar dan artistik layaknya aula hotel berbintang.
Saat ini, Perpustakaan Palnam memiliki tiga lantai yang disesuaikan dengan kebutuhan pemustaka. Lantai dasar yang awalnya sebagai tempat parkir, dimanfaatkan untuk layanan anak-anak. Pada ruang ini, disediakan playground yang luas lengkap dengan permainannya serta buku edukasi untuk anak. Lantai 2 digunakan sebagai ruang resepsionis dan sekretariat perpustakaan. Di sinilah pintu masuk utama pemustaka. Sebelum masuk mereka wajib registrasi keanggotaan perpustakaan. Disediakan juga beberapa komputer untuk registrasi mandiri pemustaka dan loker penyimpanan barang. Selanjutnya pada lantai 3, terdapat layanan pencetakan kartu anggota, layanan sirkulasi serah pinjam buku, ruang koleksi umum dan koleksi deposit. Sedangkan untuk pengolahan buku dilakukan secara terpisah di belakang gedung layanan. Layanan yang diberikan pun tidak kalah berbeda dengan kemegahan Perpustakaan Palnam.
Selain Perpustakaan Palnam, kantor lama Dispersip atau Perpustakaan Tendean, tetap difungsikan sebagaimana mestinya. Bangunan yang tergabung dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Prov Kalsel itu baru saja direnovasi pada awal 2021. Bangunan itu memang tidak seluas Perpustakaan Palnam, sebab hanya difungsikan sebagai pelayanan masyarakat yang berada di wilayah Banjarmasin Tengah, Banjarmasin Barat, dan Banjarmasin Utara. Lokasi perpustakaan yang berada di seberang Sungai Martapura. Lokasi tersebut dianggap menjadi daya tarik masyarakat untuk berkunjung ke perpustakaan. Memang Perpustakaan Tendean, tidak selengkap layanan Perpustakaan Palnam, tetapi pelayanan yang disediakan cukup maksimal. Misalnya, terdapat ruang koleksi, ruang deposit, ruang anak, serta terdapat juga layanan serah pinjam dan pembuatan kartu anggota.
Perpustakaan Tendean memiliki 10 personil yang terdiri dari 5 ASN dan 5 tenaga kontrak.  Yulia seorang ibu tiga anak mengakui perpustakaan tersebut sangat nyaman dan bermanfaat untuk ketiga anaknya. Di sini tadi mulai jam 11, sehabis jemput anak sekolah, langsung saya ajak ke sini, enak sih di sini adem dan enggak ramai, daripada di rumah terus kasian anak-anak nanti bosen”, ujar Yuli.
Menurutnya, mengajak anak-anak ke perpustakaan bertujuan agar anak tidak hanya belajar tetapi sekaligus bermain. Selain itu juga menghindarkan mereka dari ketergantungan gadget. Gadget memang bisa berbahaya bagi anak apabila tidak ada pengawasan penggunaannya. Bagi Yulia yang bekerja sehari-sehari sebagai penjual makanan, memanfaatkan perpustakaan sebagai tempat beristirahat sejenak dari rutinitasnya sembari memberikan edukasi kepada anaknya adalah hal bagus. Meski masih terbilang sepi, Yulia merasa lebih nyaman di Perpustakaan Tendean, meski fasilitas dan koleksi buku yang disediakan tidak selengkap dengan layanan anak di Perpustakaan Palnam.
“Dulu di sana (Perpustakaan Palnam) belum ada mainannya, sekarang sudah bagus, mainannya banyak, jadi anak-anak setiap hari meminta ke sana. Tapi, lama kelamaan di sana jadi ramai dan berisik, banyak anak main lari-lari. Lalu saya direkomendasikan oleh petugas ke perpustakaan ini. Dan benar di sini lebih sepi dan nyaman” ungkapnya.
Dari sisi koleksi, Dispersip Prov Kalsel memiliki koleksi 148.540 buku, dengan 43,2 ribu judul buku. Jumlah tersebut diklaim sebagai daerah dengan rasio jumlah buku terbanyak di antara provinsi di Indonesia. Dispersip Kalsel memiliki rasio 0,29 antara jumlah koleksi dibanding jumlah penduduk. Keberadaan buku tersebut akan semakin bertambah. Pasalnya, pada 2021, Dispersip telah mengalokasikan anggaran pembelian buku cetak sebanyak Rp 3 miliar. Tidak ada yang tahu bagaimana teknis pembelanjaan buku nantinya. Tetapi jika melihat gedung layanan yang ada, tidak akan mampu menampung jumlah buku dengan besaran nanggaran tersebut. Muhiddin Kepala Subbidang Perencanaan dan Pelaporan mengatakan, buku yang akan dibeli adalah koleksi umum dan koleksi braile untuk mengisi ruang perpustakaan difabel yang sedang proses pembangunan. Selain itu, anggaran Rp 3 miliar untuk bahan pustaka tersebut diperuntukkan bagi beberapa perpustakaan binaan. Nantinya koleksi tersebut akan dimanfaatkan oleh beberapa perpustakaan dalam bentuk simpan pakai.
Selain jumlah rasio tertinggi, anggota perpustakaan Kalsel menjadi yang terbanyak. Berdasarkan data 2020, Dispersip Kalsel memiliki 41,35 ribu anggota perpustakaan. Merupakan yang terbanyak di antara anggota perpustakaan di provinsi lainnya. Rasio jumlah anggota perpustakaan dengan jumlah penduduk juga terbilang tinggi, yaitu sekira 0,3%. Dengan rasio tersebut Dispersip dianggap memiliki tingkat pemanfaatan perpustakaan tertinggi di Indonesia. Mekipun rasio tersebut sangat jauh di bawah Standar Nasional Perpustakaan (SNP), yang seharusnya berada di angka 0,18%. Tetapi jauh di atas rata-rata nasional yang hanya 0,02%.
Meski Kalsel merupakan daerah dengan rasio jumah buku dan anggota tertinggi, tetapi persentase jumlah koleksi buku yang dipinjam sangat rendah. Persentase jumlah koleksi yang dipinjam di Kalsel hanya 26%, dengan peringkat ke 17 dari seluruh provinsi di Indonesia. Jauh di bawah Kalbar dan Kalteng yang berada pada angka 89,1% dan 84,5%. Hal ini ditengarai karena banyak orang yang datang, kemudian menjadi anggota perpustakaan, tetapi setelah melihat koleksi perpustakaan, tidak menemukan informasi yang dicari. Penyebab selanjutnya adalah banyak orang yang sekadar datang dan membuat kartu anggota saja untuk menggugurkan suatu kewajiban kepemilikan kartu anggota perpustakaan daerah. Tetapi fakta-fakta di atas mengindikasikan, keberhasilan promosi yang dilakukan perpustakaan dan berdampak besar terhadap jumlah anggota.