Pendidikan seyogyanya tidak hanya berfungsi untuk meningkatkan ilmu pengetahuan saja, lebih dari itu, pendidikan juga berfungsi untuk merubah sikap siswa supaya berubah menjadi lebih baik lagi. Oleh karena itu, selain mengajar, guru juga berperan aktif dalam perkembangan moral siswa. Usaha mendidik bukanlah usaha yang mudah untuk dilakukan, guru/pendidik dituntut untuk memahami banyak aspek dalam diri siswanya. Waktu untuk belajar adalah seumur hidup, dan tidak terbatas oleh jenjang pendidikan.

Sehingga belajar harus dapat dilakukan di mana saja dan dalam kondisi apapun. Namun, pesatnya perkembangan teknologi tidak berjalan beriringan dengan perkembangan tingkat literasi yang ada pada masyarakat. Teknologi bisa membawa dampak positif dengan mudahnya mengakses berbagai bahan bacaan dengan mudah. Namun, teknologi juga dapat membawa dampak negatif bagi perkembangan anak.

Dikutip dari www.unesco.org, tingkat minat baca masyarakat Indonesia berada pada angka 0,001. Artinya hanya ada 1 dari 1000 orang di Indonesia yang memiliki minat yang tinggi dalam membaca. Angka tersebut tentulah sangat kecil, jika dibandingkan dengan negara-negara maju yang memiliki nilai rata-rata indeks 0,45 hingga 0,62. Hal tersebut membuat Indonesia menempati posisi 124 dari 187 negara di dunia dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Hal tersebut diakibatkan salah satunya karena minat baca masyarakat yang rendah.

Pendidikan karakter adalah upaya terencana untuk menjadikan siswa mengenal, peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai, sehingga peserta didik berperilaku sebagai insan kamil (www.kemdikbud.go.id, 2015). Tujuan dari pendidikan karakter adalah meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah melalui pembentukan karakter siswa secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuai standar kompetensi lulusan. Delapan belas karakter yang dikembangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemdikbud RI) adalah relijius, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.

Karakter gemar membaca tengah menjadi sorotan dalam pendidikan karakter saat ini, melihat hasil uji pemahaman membaca yang dilakkukan oleh Progress in International Reading Literacy (PIRLS) pada 2011, siswa SD di Indonesia berada pada peringkat 45 dari 48 negara peserta, artinya siswa SD di Indonesia menempati peringkat 4 dari belakang. Sedangkan pada 2012, PISA atau Programme for International Student Assessment merilis data terkait peringkat siswa SMP Indonesia menempati pepringkat 64 dari 65 negara peserta, atau peringkat 2 dari belakang. Data-data tersebut menunjukkan bahwa keterampilan dan minat baca siswa di Indonesia masih sangat rendah.

Minat baca yang rendah pasti akan berdampak negatif pada masyarakat. Contoh nyatanya adalah banyaknya masyarakat yang mudah termakan hoax/berita palsu, hingga terperangkap pada pinjaman online yang mengerikan. Oleh karena itu, adanya KKN UPI yang bertemakan Literasi diharapkan bisa meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya literasi. Khususnya bagi para siswa sekolah, yang baiknya membaca tidak hanya saat jam pelajaran sekolah saja. Kegiatan membaca atau berliterasi dapat dilakukan siswa setiap saat dan di mana saja, terlebih dengan adanya teknologi yang dapat memudahkan mereka dalam mengakses informasi atau bahan bacaan.

Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Literasi guna Membentuk Karakter”, Klik untuk baca:
https://www.kompasiana.com/rian05531/616c2b5106310e7b19383cc2/meningkatkan-kemampuan-literasi-guna-membentuk-karakter

Kreator: Rian Wahyu Setiawan

 


0 Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *