MALANG KOTA – Perpustakaan sekolah seharusnya tak melulu berisi koleksi buku. Perpustakaan masa kini dituntut bisa menjadi pusat ilmu pengetahuan, penelitian sekaligus menjadi tempat yang bersifat rekreatif. Termasuk menjadi simpul literasi digital.

Hal itu menjadi topik utama workshop literasi sekolah yang digelar Forum Perpustakaan Sekolah dan Madrasah Indonesia wilayah Kota Malang (FPSMI). Digelar selama tiga hari di Auditorium SMKN 4 Malang, kegiatan yang diikuti 40 pemustaka SD/MI hingga SMA/SMK dan sederajat itu berakhir Rabu (29/12) kemarin.

Ketua FPSMI Kota Malang Mokhamad Rukhan memaparkan, workshop diisi sejumlah praktisi literasi. Selain dirinya, ada juga Om San dan Mas Nedi. Materi yang diberikan dalam workshop itu mencakup pengembangan literasi digital di sekolah, penangkal hoax berbasis fotografi hand phone serta perpustakaan dan literasi masyarakat.

“Hari pertama disampaikan dua materi, mengenai literasi digital dan penangkal hoax berbasis fotografi. Di hari kedua ditambah satu materi untuk penguatan pengelolaan perpustakaan sekaligus peserta kami ajak untuk membuat karya baik dari ontologi puisi, cerpen, atau jurnalis. Hari terakhir fokus pada pengumpulan karya,” jelasnya.

Rukhan menyatakan, di era digital saat ini pemustaka dituntut kreatif. Kegiatan perpustakaan yang hanya terpusat pada buku dinilai monoton dan ketinggalan zaman. Perpustakaan masa kini harus bisa menjadi simpul literasi, pusat ilmu pengetahuan, penelitian dan juga rekreasi. “Bahan pustaka tidak harus terpaku pada buku saja, bisa dari sumber-sumber lain. Bahkan dari benda-benda seperti batuan vulkanis atau mesin ketik tahun 80-an,” jelasnya.  Selama diberikan keterangan yang jelas, bahan pustaka itu akan mengalahkan materi-materi di internet yang tidak dapat diamati secara langsung.

Selain itu, Rukhan juga mengajak pemustaka untuk lebih melek literasi di internet. “Sekarang dibutuhkan penguatan agar teman-teman pemustaka memahami penggunaan media digital secara tepat. Sehingga bisa membimbing siswa dalam mencari materi yang sesuai,” ungkapnya. Melek literasi digital juga dimaknai sebagai kemampuan untuk memanfaatkan sosial media dan ruang maya lainnya. Contohnya sebagai media untuk publikasi karya yang dihasilkan.

Sementara itu, guru sekaligus pemustaka SMKN 1 Malang Efi mengaku antusias mengikuti kegiatan peningkatan kompetensi pemustaka. Pasalnya, dia semakin tertantang untuk berkarya. “Dengan adanya workshop ini, wawasan saya berkembang, perpustakaan tidak hanya berpusat pada buku saja tapi juga kegiatan-kegiatan literasi seperti lomba puisi atau cerpen di sekolah. Nantinya saya juga akan mengembangkan diri sebagai penulis,” ujar Efi yang juga guru Bahasa Indonesia itu. (nj3/nay)

Jadikan Perpustakaan Pusat Literasi Sekolah


0 Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *