Literasi keuangan di Indonesia masih sangat rendah jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga.
Hal tersebut diungkapkan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan dalam Indonesia Fintech Summit Day 2, Minggu (12/12/2012).
Menurut Luhut, angka tersebut sangat rendah. Padahal, indeks inklusi keuangan di Indonesia cukup tinggi yakni di angka 76 persen.
Rendahnya literasi keuangan ini dapat menghambat pergerakan pertumbuhan keuangan digital nasional.
“Rendah literasi keuangan digital kita. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tahun 2019, menunjukkan indeks literasi keuangan baru mencapai 30,03 persen, dan indeks inklusi keuangan 76,persen,” ungkap Luhut, Minggu (12/12/2021).
“Angka ini berbanding jauh dengan Singapura yang sudah mencapai 98 persen, Malaysia 85 persen , dan Thailand 82 persen,” sambungnya.
Luhut kembali mengatakan, inklusi tinggi yang dibarengi dengan tingkat literasi rendah, berpotensi terhadap berbagai risiko.
Karena masyarakat memiliki akses keuangan pada berbagai lembaga, produk, dan layanan jasa keuangan, namun sebenarnya mereka tidak memahami secara mendalam terkait fungsi dan risikonya.
Maka dari itu, Pemerintah saat ini sedang melakukan berbagai upaya untuk dapat mendongkrak indeks literasi keuangan nasional.
Salah satunya dengan menggandeng stakeholder terkait seperti Otoritas hingga Asosiasi.
“Peningkatan literasi menjadi kunci agar tingkat inklusi yang sudah terjadi agar berdampak lebih produktif dengan risiko yang begitu minim,” papar Luhut.
“Hal inilah yang harus menjadi pekerjaan kita bersama, bukan hanya pemerintah namun juga dorongan asosiasi,” pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Luhut Sebut Literasi Keuangan Indonesia Masih Kalah Jauh dengan Singapura dan Malaysia, https://www.tribunnews.com/bisnis/2021/12/12/luhut-sebut-literasi-keuangan-indonesia-masih-kalah-jauh-dengan-singapura-dan-malaysia.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Hendra Gunawan
0 Comments