Kabupaten Lebak, 26 November 2021 – Tak dapat dipungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.
Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.
Menyikapi hal itu, maka baru-baru ini Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tema “Menjadi Netizen Pejuang, Bersama Lawan Hoaks”. Webinar yang digelar pada Jumat, 26 November 2021 di Kabupaten Lebak, diikuti oleh puluhan peserta secara daring.
Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Ragil Triatmojo – Blogger & SE Specialist, Widiasmorojati – Entrepreneur, Trisno Sakti Herwanto, SIP, MPA – IAPA dan Muhammad Bima Januari, ST, M.Kom – Co-Founder Localin.
Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety. Ragil Triatmjo membuka webinar dengan mengatakan, hoaks adalah berita bohong atau kabar palsu yang sengaja dilakukan dengan tujuan menipu seolah sebagai suatu kebenaran.
Faktor yang membuat kita mudah terkena hoax adalah kurangnya pengetahuan mengenai literasi media dan informasi hoax, tidak kritis saat menghadapi pesan media, tingkat kebutuhan berinformasi, dan kurangnya tanggung jawab sosial dalam berinteraksi.
Mudahnya akses membuat hoaks mudah ditemui di sosial media dan aplikasi perpesanan. Berita hoax dibuat untuk memancing emosi pembaca agar bisa membentuk kelompok yang mendukung berita tersebut hingga akhirnya mendapat dukungan publik.
Cara agar tidak mudah terpancing yakni baca informasi saat tenang, baca informasi dari awal hingga akhir, selalu tahan jempol ketika mendapatkan informasi di internet, lakukan pengecekan kebenaran dan sumber informasi, jangan asal share, selalu ingat bahwa tidak semua yang ada di internet dan media sosial itu benar.
Selalu bertanggung jawab atas apa yang kita ketik dan kita bagikan. Jika kita terlanjur melakukan kesalahan maka jangan malu untuk meminta maaf dan mau menerima konsekuensi atas hal yang ditimbulkan.
Trisno Sakti menambahkan, etika digital merupakan kecakapan penguasaan teknologi. Tidak hanya mampu mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggung jawab.
Istilah hoax sudah ada dari sekitar 1800 an, dan berasal dari kata hocus dari mantra hocus pocus mengelabui (selalu ada kepentingan pada setiap hoax). Dampak hoax yakni pencemaran nama baik, menimbulkan ketakutan, kerugian material, ketidakstabilan keamanan, ketidakstabilan politik, ketidakstabilan ekonomi.
Tips dalam bermedia digital yakni waspadai modus edit judul berita, biasanya berupa screenshot judul berita tanpa link/tautan berita, jangan terlalu suka “drama”, jadilah netizen cerdas yang anti dengan semangat kebencian di dunia digital.
Muhammad Bima turut menjelaskan, karakter masyarakat yang menjadi korban hoax yakni karena belum teredukasi dengan baik, sudah teredukasi dengan baik tetapi belum bijak menyikapi informasi.
“Hoax dapat menimbulkan dampak psikologi dan emosional, menimbulkan kebingungan, merasa tidak aman, kehilangan reputasi, materi bahkan kehilangan nyawa,” ujarnya.
Dalam sesi KOL, Vanda Rainy mengatakan, kita bisa mengembangkan bakat dan kemampuan kita melalui media digital. Misalnya dengan cara menjadi content creator yang tentunya membanjiri media digital dengan konten positif yang bermanfaat bagi banyak orang.
“Harus berhati hati atas informasi yang kita dapatkan di internet pastikan itu bukan hoax, verifikasi dulu kebenarannya sebelum disebarkan ke media digital. Internet memberikan kemudahan bagi kita dalam melakukan kegiatan sehari-hari Kita semua bisa belajar secara real time dan membuat komunikasi,” pesannya.
Dalam webinar ini, para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Udin Jayanto menanyakan, bagaimana cara kita bisa selaras dengan baik dalam berdigital atau bermedia sosial, sehingga kita bisa menjadi produktif?
“Kita hendaknya dapat menggunakan media digital dengan productive dengan kebiasaan menonton atau mengakses suatu konten yang bermanfaat tetapi juga dikurangi waktu screen timenya, jangan terlalu lama di media digital,” jawab Ragil.
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kabupaten Lebak. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, terutama kepada Kominfo. Mengingat program literasi digital ini hanya akan berjalan dengan baik dan mencapai target 12,5 juta partisipan, jika turut didukung oleh semua pihak.
0 Comments