“Momen Penting Penguat Relasi”

Sekira pukul 09.00 WITA Perpustakaan Palnam terlihat ramai oleh pengunjung. Perpustakaan Palnam memang membuka layanan tepat pukul 09.00. Para pengunjung bahkan ada yang datang sebelum perpustakaan dibuka. Mereka umumnya datang bersama rekannya, seperti halnya Andi, seorang mahasiswa semester 5 di Universitas Sari Mulia (USM) Banjarmasin. Andi tidak datang untuk membaca buku atau mencari referensi. Andi datang ke Perpustakaan Palnam untuk membuat kartu tanda anggota perpustakaan yang tengah diwajibkan oleh kampusnya. “Kartu anggota menjadi persyaratan bebas pustaka di kampus,” ungkap Andi.

Andi mengungkapkan kebijakan tersebut berlaku sejak awal 2021 ini, sehingga banyak mahasiswa rela mengantri untuk membuat kartu anggota. “Seluruh mahasiswa USM, mulai dari angkatan saya, diwajibkan untuk membuat kartu anggota perpustakaan sini,” ucapnya.

Selain Andi, Mikail Hamuzing, mahasiswa asal Merauke Jurusan Industri di USM, turut mengantre untuk membuat kartu perpustakaan. Mereka bahkan enggan mengecek langsung koleksi buku yang sewaktu-waktu mereka butuhkan jika tidak ada di perpustakaan kampus. Sebagian besar pengunjung perpustakaan saat itu, hanya sekadar menggugurkan kewajiban mereka untuk membuat kartu anggota Perpustakaan Palnam. Menurut salah Azmi staf Perpustakaan Palnam, kewajiban tersebut diberlakukan setelah Dispersip membuat kesepakatan dengan pihak kampus. Dispersip juga akan menjalin kerja sama dengan beberapa kampus lainnya, seperti Universitas Lambung Mangkurat, dan beberapa perguruan tinggi yang ada di Kalsel, tetapi sampai hari ini belum terwujud.

Kendati banyak mahasiswa yang hanya membuat kartu anggota, tidak sedikit juga yang memanfaatkan fasilitas perpustakaan. Di ruang baca tampak ramai. Meskipun hanya sekadar duduk-duduk membaca novel atau mengerjakan tugas kuliah. Dispersip juga menyediakan ruang diskusi berupa gazebo yang berada di bagian luar perpustakaan. Selain menyediakan fasilitas membaca yang nyaman, Perpustakaan Palnam juga menyediakan fasilitas baca digital. Menggunakan aplikasi i-Kalsel. Dengan aplikasi tersebut pemustaka dapat membaca beberapa koleksi digital yang tersedia di dalamnya. Hingga September 2021, aplikasi i-Kalsel sudah dikunjungi oleh 1800 orang dengan anggota aktif sekira 1400 orang. Aplikasi tersebut juga memiliki 47 ribu buku elektronik dengan 4800 judul.

Untuk menarik minat pengunjung, Dispersip tidak diam. Berbagai program inovatif diciptakan. Setahun pasca dilantik sebagai Kepala Dispersip, Nurliani Dardie atau biasa dipanggil Nunung terus berbenah. Beberapa fasilitas kemudian dilengkapi untuk menunjang kinerja dan program yang digagas. Hingga saat ini Dispersip memiliki 8 Mobil Perpustakaan Keliling (MPK) dan 5 Motor Trail Pustaka (MTP). Nunung juga tidak berdiam diri di ruangan. Untuk menyebarkan minat baca, tidak segan ia turun langsung “blusukan” ke seluruh pelosok Kalsel. Tidak jarang ia harus menginap di gedung sekolah. Dalam menyalurkan buku ke daerah yang sulit dijangkau oleh kendaraan roda empat seperti rawa dan bukit, Dispersip memanfaatkan MTP. Kendaraan yang mampu dipakai di segala medan ini, tentu bisa melibas seluruh daratan Kalimantan Selatan. Sehingga penyalur buku ke daerah pelosok tidak terhambat.

Dengan membawa sepaket buku di dalam MPK dan MTP, Dispersip mencoba memenuhi kebutuhan bahan bacaan masyarakat. Perpustakaan memberikan pelayanan literasi dan menumbuhkan minat baca mulai dari anak-anak, terutama bagi mereka yang yang sulit mendapat akses informasi dan pengetahuan. Selain memasok sumber bacaan, Dispersip juga mengerahkan pasukan badut dan pendongeng dalam setiap kegiatan MPK. “MPK itu tidak cuma membawa buku, dan ditinggal begitu saja. Dalam satu mobil biasanya ada tiga petugas, satu pendongeng, satu operasional MPK merangkap badut juga, dan satu lagi dokumentasi. kehadiran MPK maupun MTP sangat dinantikan anak-anak. Mereka sangat antusias dan langsung mengerumuni MPK ketika datang,” ujar Nunung.

Selain menumbuhkan minat baca anak-anak melalui MPK dan MTP, Dispersip juga menggelorakan minat baca dengan mendatangkan pelbagai artis dan penulis ternama. Ini adalah strategi Dispersip untuk memublikasikan perpustakaan di masyarakat. “Najwa Shihab sudah 3 kali, Kang Abi 5 kali ke sini, Pidi Baiq sudah ke sini 3 kali, Boy Candra ke sini, almarhum Pri GS, Nadya Mulya, sampai Andi Arsyl kita undang,” ungkap Nunung.

Ramadhan Sekretaris Dispersip mengatakan, keberanian Nunung patut diacungi jempol. Pasalnya, untuk sebuah instansi di daerah, mengadakan acara dengan mengundang selebiriti tidaklah mudah. Para selebriti kadang kala tidak siap karena terbentur jadwal pribadinya. Tetapi, setiap berencana mengadakan acara dengan mengundang tokoh terkenal selalu terlaksana dengan baik.

“Dengan penuh kepercayaan diri dan dibarengi kerja sama tim Dispersip Prov Kalsel, kegiatan itu sukses dilaksanakan, bahkan dihadiri 1500 orang lebih peserta. Kegiatan yang diikuti 1500 peserta lebih saja kita mampu dan bisa kita handle sendiri, untuk kegiatan selanjutnya kita sudah enteng saja,” ucap Ramadhan.

Nunung memang memiliki lobi yang baik dengan semua orang. Tidak terkecuali beberapa public figure yang sering ia libatkan dan undang dalam beberapa acara. Dengan begitu kedekatan terjalin dan terorganisasi dengan baik, dengan semua kelompok, maupun stakeholder. Berkat Nunung, Dispersip memliki kedekatan khusus dengan Komando Daerah (KODAM) VI/Mulawarman, Komando Resor Militer (KOREM) 101 Antasari, Kepolisian Daerah (POLDA) Kalimantan Selatan, Badan Narkotika Nasional (BNN), Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia (HIMPAUDI), Ikatan Guru Taman Kanak-Kanak Indonesia (IGTKI), Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS), serta beberapa penulis dan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) di Kalsel. Karena dekat, Perpustakaan Palnam sering melakukan kerja sama program dengan beberapa lembaga di atas.

Untuk menjalin kedekatan tersebut, Nunung memiliki strategi khusus. Biasanya dengan memanfaatkan momen penting. Misalnya untuk menjalin kedekatan dengan KODAM dan KOREM, Nunung memanfaatkan momen HUT TNI. Ia mendatangi langsung Danrem untuk sekadar mengucapkan selamat. Begitu juga yang ia lakukan kepada Polda dan Badan Narkotika Nasional (BNN). Beberapa tokoh penting di lembaga tersebut juga sering kali diundang untuk mengisi acara di Dispersip. Dari hal itu Dispersip mendapat apresiasi. “Menjelang hari anti narkoba, kami langsung surati saja BNN Provinsi agar bisa kenal sekaligus menjadi narasumber acara kami. Kata orang BNN, kenapa hanya Perpustakaan Kalimantan Selatan saja yang mau berkunjung ke BNN. Bahkan satu-satunya SKPD se-Kalimantan Selatan yang mau sowan ke BNN” tambah Nunung.

Kedekatan Nunung juga terjalin dengan berbagai media massa setempat. Menurutnya media massa berperan penting dalam menyosialisasikan minat baca. Media massa juga berperan dalam memublikasikan kegiatan perpustakaan. Layaknya lebah dan bunga yang saling menguntungkan. Publikasi kegiatan Dispersip penting untuk diketahui masyarakat, begitu juga kegiatan tersebut menjadi sumber informasi untuk media massa. Terkait banyaknya informasi seputar perpustakaan di Kalsel, Nunung juga merasa bingung. Ia hanya merasa dirinya disenangi oleh para awak media. Beberapa waktu lalu Nunung membuat acara syukuran bersama wartawan karena mendapat Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) tertinggi, serta mendapat Nurga Jasa Dharma Pustaloka, sebagai tokoh peduli literasi.

“Saya tidak tahu kenapa wartawan itu suka sama saya. Tapi setahu saya, mereka punya target berita minimal 7 atau 10, sedangkan kita setiap hari minimal ada 3 kegiatan yang dijadikan berita. Saya tidak bisa memberi uang, tetapi saya bisa membantu mereka dengan berita”. ujar Nunung.

Pendekatan Nunung juga dilakukan kepada para pegiat literasi di Kalsel. Dengan logat Banjarnya, Nunung mudah diterima para pegiat literasi di Kalsel. Apalagi dirinya dianggap mendukung dan terus mendorong para pegiat untuk menerbitkan buku terkait budaya dan kearifan lokal Kalsel. Atas sikap tersebut, ia pernah mendapat apresiasi dari Ombudsman RI atas Inovasi Pelayanan Perpustakaan pada 2020.

Kedekatan Nunung kepada para pegiat literasi adalah bagian dari kampanye membumikan budaya baca dan menulis di Kalimantan Selatan. Contohnya para pegiat literasi di Batulicin yang mengangkat tulisan budaya tradisi banjar di Tanah Bumbu. “Ini hanya upaya kecil kami, mendekati komunitas penulis dan pegiat literasi, agar budaya baca dan menulis terus tumbuh dan berkembang di Kalsel,” kata Nunung.

Dengan adanya kerja sama Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan dengan para penggiat literasi, Dispersip Kalsel mendorong agar aktif menulis dan memperkenalkan budaya dan sejarah tiap daerah lewat tulisan. Hasil karya tersebut nantinya akan ditempatkan pada tempat khusus di Perpustakaan Palnam.


0 Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *