Text
Pengalaman Melembagakan Inovasi
Cerita tentang inovasi di Universitas Gadjah Mada (UGM) adalah cerita menarik tentang kerjasama triple helix yang berhasil. Sejak tahun 2012, UGM melalui anak perusahaannya PT Gama Multi Usaha Mandiri mendirikan cucu perusahaan yang diberi nama PT Swayasa Prakarsa. Perusahaan alat kesehatan tersebut memulai dengan mengadopsi hasil riset alat kesehatan dari salah seorang peneliti UGM. PT Swayasa Prakarsa mendapat pemandatan dari Direktorat Pengembangan Usaha dan Inkubasi (DPUI) untuk mendampingi peneliti berkontak dengan salah satu perusahaan farmasi nasional.rnrnDitemukanlah model kerjasamanya. Perusahaan farmasi nasional tersebut akan mendistribusikan produknya, dan PT Swayasa Prakarsa bertugas menyiapkan produksinya. Dengan modal pinjaman yang diperolehnya, PT Swayasa mengerjakan tugas mendaftarkan produk dan mendampingi peneliti melengkapi dokumen mutu untuk keperluan registrasi. Tentu ini bukan hal mudah karena waktu itu belum sepenuhnya aturan-aturan terkait registrasi alat kesehatan tersedia. Sampai tahun-tahun tersebut, masih 97,2% alat kesehatan di Indonesia impor. Kebetulan alat kesehatan yang dihilirkan tersebut merupakan produk mahal dan high tech yang selalu didatangkan dari negara lain. Untung saja peneliti dapat bekerja sama dengan baik. Data yang belum tersedia, segera dilengkapi dengan timnya. Sampai kemudian nomor registrasi dapat diperoleh. Produk itu juga menjadi produk original buatan Indonesia yang pertama yang didistribusikan oleh perusahaan farmasi nasional terbesar milik pemerintah.rnrnSukseskah perjalanannya? Tentu tidak semudah membalik tangan. Di masa-masa awal klinisi sebagai pengguna produk tidak percaya pada buatan Indonesia. Mereka masih lebih suka menggunakan produk impor dari negara lainnya, meskipun harus membayar mahal dengan data klinis yang menunjukkan bahwa produk luar tidak lebih baik atau superior dibanding karya anak Indonesia. Persoalan yang harus dikelola dalam skema kerjasama industri dengan perguruan tinggi serta pemerintah itu tidak berhenti di situ. Masalah di lapangan terkait katalog elektronik, standardisasi produk melalui SNI, ISO, upaya menembus pasar internasional, manajemen risiko, serta pendampingan peneliti dan industri untuk penguatan Tridharma Perguruan Tinggi, pemanfaatan super tax deduction, kadang tidak seperti teori dan regulasi yang telah tersedia. Kisah dan pengalaman bagaimana merintis penghiliran produk sampai menjadikannya marketleaderserta sistem yang dibangun di UGM dituliskan dalam buku ini.rnrnSaat ini, dengan pengalaman produk pertama mereka telah berhasil membawa produk-produk lainnya membanjiri pasar nasional (dan segera berangkat ke pasar internasional). Cerita keberhasilan UGM adalah cerita keberhasilan kerja sama perguruan tinggi dan industri yang didukung penuh oleh pemerintah. Pemerintah tanpa kenal lelah telah menjadi perekat, katalisator, dan pembuat regulasi yang bijak untuk mengangkat karya-karya anak bangsa. Kemudian tiga serangkai itu pun meretas persoalan adopsi pasar bersama-sama, menyediakan peta jalan yang baik untuk mengembangkan peningkatan keberterimaan pasar atas produk-produk karya peneliti Indonesia, hingga menyediakan standar nasionalnya yang siap dirintis untuk menjadi standar internasional.
Tersedia | SJN00003814 | 650.1 HAR p | Perpustakaan Amir Machmud |
Tidak tersedia versi lain