Text
Mengadvokasi Hak Sipil Politik
Buku ini merupakan kumpulan artikel Hendardi yang tersebar di berbagai media. Semua dalam bingkai penghormatan terhadap hak asasi manusia (HAM), yang digelutinya sejak mahasiswa hingga kemudian aktif di Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), lalu mendirikan Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia (PBHI) serta Setara Institute.rnTema yang penting disorot adalah hak berpendapat, satu dari tiga komponen hak sipil dan politik—selain hak menjalankan keyakinan atau agama serta hak berserikat dan berkumpul. Pasalnya, pelanggaran terhadap hak sipil dan politik kerap terjadi ketika warga masyarakat menyuarakan kritik terhadap negara dan aparatnya.rnMaka, dalam perspektif penghormatan HAM dan perkembangan demokrasi, menyelesaikan perbedaan pendapat politik melalui mekanisme peradilan dan penghukuman jelas suatu langkah surut. Padahal, kritik yang disampaikan lewat tulisan maupun demonstrasi merupakan bagian integral dari demokrasi. Demonstrasi adalah cara menampilkan ketidakpuasan politik atau sosial.rnDalam artikel “Demo Tandingan”, Januari 1996, elemen negara pun pernah melancarkan demonstrasi. Hendardi menulis, “Pada 17 Oktober 1952, massa militer yang dipimpin Kolonel AH Nasution melancarkan demo ke Istana Negara, bahkan dengan mengusung meriam untuk mendesakkan dialog dengan Presiden Sukarno.”rnMembaca buku ini kita seolah disadarkan kembali bahwa setiap upaya represif untuk memangkas hak berpendapat serta hak sipil dan politik lain harus ditolak.
Tersedia | SJN00003310 | 323.4 HEN m | Perpustakaan Amir Machmud (300) |
Tidak tersedia versi lain