Text
Jiwa yang patah
Mencatat dan melaporkan secara jujur apa yang terjadi di daerah konflik macam Papua tidaklah mudah dan penuh risiko. I Ngurah Suryawan mengambil resiko itu. Ngurah, tanpa terjebak dalam dikotomi yang menempatkan orang Papua dalam dua nasionalisme: Papua atau Indonesia, melalui buku ini, secara berani menceritakan apa yang jadi obrolan orang Papua di pasar, kendaraan umum serta pemikiran dan perjuangan sejumlah intelektual Papua. Ngurah berusaha memahaminya dengan hati, melalui ilmu yang ia kuasai: antropologi. (Octovianus Mote, intelektual Papua berdomisili di USA. Visiting Fellow di Orville H. Schell, Jr. Center for International Human Rights, Yale Law School) . I Ngurah Suryawan explores Papuan worlds from the perspective of an Indonesian anthropologist who combines research with activism. He is one of the few non―Papuan Indonesian scholars who during his long periods of stay in Tanah Papua became keen to work together with Papuan activists and join Papuans in their struggle against Indonesian and global hegemonic forces.
Suryawan is inspired by local attempts to take control over historiography and the struggle for recognition. (Dr. Jaap Timmer, Dosen di Macquarie University, Sydney) . Ngurah rupanya mempunyai kerinduan yang suci untuk membaktikan ilmunya untuk rakyat yang sedang mencari keadilan dan kebebasan di atas tanah leluhur mereka. Buku ini adalah sumbangan berharga dari seorang yang peduli terhadap keadilan, kemanusiaan, dan kesamaan derajat. Buku ini juga sanggup menerangi pandangan umat manusia yang berada di Tanah Papua, sehingga perjuangan rakyat Papua itu dilihat dari perspektif keadilan, perdamaian, dan kebenaran. (Socratez Sofyan Yoman, Ketua Umum Badan pelayan Pusat Persekutuan Gereja-Gereja Baptis Papua) .
Tersedia | SJN00006150 | 814 ING j | Perpustakaan Amir Machmud |
Tidak tersedia versi lain