Text
Konsep Membangun Bangso Batak: Manusia, Agama, dan Budaya
Patut dicatat memang, sejak sekitar tahun 1980-an khususnya HKBP, prestasinya dalam penginjilan tidak lagi bersinar. Mereka seakan melemah dalam penginjilannya, karena berbagai alasan, antara lain:
a. Kepemimpinan yang rapuh.
b. Kebersamaan yang tidak utuh.
c. Fokus pelayanan tidak merata dan gamang.
d. Daya kreasi dalam metode serta sistem pelayanan yang monoton ketinggalan dibandingkan dengan sistem yang dipergunakan denominasi lainnya.
e. Tantangan masa dan zaman dalam globalisasi yang tidak dijawab secara tepat dan benar.
f. Layanan para pendeta dan pimpinan gereja ada yang kurang berkenan bagi warga sendiri.
g. Warga mempunyai pilihan secara bebas tentang gereja dan kebaktian di mana mereka ikut berbaur dan menyatu.
Momentum peringatan 150 tahun HKBP tahun 2011, kiranya menjadi salah satu momen khusus bagi HKBP secara menyeluruh, pengurus dan warganya, untuk kembali merenung serta mengkaji berbagai hal yang dinikmati masa lalu dan dipergumulkan selama ini. (Ev. John B.Pasaribu Ph.D) .
Pelayanan sosial Elim HKBP sifatnya adalah humanis universal. Artinya membantu manusia untuk tetap hidup sebagai manusia yang bermartabat. Sebagai manusia yang diciptakan Tuhan untuk turut hidup meramaikan dunia ini. Sebagai lembaga yang didirikan oleh satu gereja berbasis etnis Batak, tentunya landasan kulturalnya sangat kuat, yakni budaya Batak. Di dalam kebudayaan Batak pada umumnya ada filosofi yang kuat untuk saling membantu sesama mereka. Salah satu filosofi itu ialah saling membantu, saling gotong royong. Ungkapan yang kuat milik orang Batak, terutama Toba ialah si sada anak, si sada boru. Si sada lungun si sada las ni roha. Artinya kepemilikan kolektif.
Tersedia | SJN00007421 | 305.89922 BUN k | Perpustakaan Amir Machmud (300) |
Tidak tersedia versi lain