Politik luar negeri merupakan aspek penting dalam hubungan internasional. Dalam studi hubungan internasional sendiri, Mahasiswa/i tidak dapat dipisahkan dari mempelajari praktik-praktik politik global yang dilakukan oleh negara di dunia, terutama negara-negara yang berpengaruh. Salah satu negara tersebut adalah Amerika Serikat.
Buku berjudul “Politik Global Amerika dari Obama ke Trump” karya Prof. Dr. Bambang Cipto, M. A hadir dan memberikan pengetahuan yang mendalam terhadap politik global Amerika terkhusus dari masa Obama ke Trump. Hubunganinternasional.id menghubungi penulis Prof. Bambang (Prof. B. C) untuk mengenal lebih lanjut tentang buku ini. Saya, Anna Safira, mahasiswi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta mendapatkan kesempatan untuk memberikan wawancara langsung kepada beliau sekaligus memberikan resensi bukunya. Simak wawancara dan resensinya berikut ini ya!
Anna Safira (A.S): Apa yang melatarbelakangi Anda menulis buku ini?
Prof. Dr. Bambang Cipto, M.A (Prof. B.C): Pertama, sebagai pengajar mata kuliah Politik Global Amerika saya merasa perlu literatur untuk membantu mahasiswa HI UMY memahami politik luar negeri AS sejak PD II. Kedua, mengingat perubahan PLN AS cukup besar paska Perang Dingin dan pada masa Obama dan Trump saya fokus pada PLN AS era Obama dan Trump.
(A.S): Mengapa Anda memilih pemerintahan Obama dan Trump sebagai perbandingan politik global Amerika?
(Prof. B.C): PLN AS era Obama dan Trump cukup menarik. PLN AS era Obama, sebagai misal, merupakan peralihan dari PLN AS era Bush yang terobsesi dengan perang melawan teror dan promosi demokrasi dan HAM berakhir dengan tragis. Kondisi ekonomi AS pada tahun terakhir Bush dan saat Obama terpilih sangat buruk (resesi ekonomi) sebagai akibat belanja militer yg sangat besar dan tidak terkendali selama Bush melakukan kampanye melawan teror dengan menggelar perang di Afghanistan dan di Iraq. Dua perang besar inilah yang menyedot keuangan AS tanpa ada usaha pengembangan ekonomi yang sepadan dengan kebutuhan saat itu. Sementara PLN AS era Trump juga tak kalah menarik karena merupakan upaya menjawab krisis ekonomi yang dialami AS selama 8 tahun perang melawan teror dan 8 tahun berikutnya yang belum menunjukan perbaikan berarti. Trump dengan segala hiruk pikuknya mencoba menciptakan lapangan kerja bagi buruh kulit putih.
(A.S): Menurut pendapat Anda, apakah kebijakan “Make America Great Again” milik Trump merupakan hal yang tepat dilakukan dalam menghadapi dunia global?
(Prof. B.C): Kebijakan itu tepat bagi AS saat ini karena selama Obama memimpin ekonomi kurang tumbuh bagus. Dengan kebijakan Trump paling tidak ekonomi AS membaik dan bahkan AS kembali menjadi negara paling kompetitif secara ekonomi. Ini fakta yang cukup kuat mendukung kebijakan Trump.
(A.S): Kemunduran AS di level internasional tentu akan dimanfaatkan oleh pihak lain, siapa (negara mana) yang menurut anda paling memungkinkan untuk mengambil kesempatan dari kondisi ini?
(Prof. B.C): Ironis bahwa disatu pihak ekonomi AS tumbuh bagus dimasa Trump, tapi Trump sendiri cenderung mengisolir AS dari dunia internasional. Sejak awal Trump telah mundur dari TPP sehingga TPP pun tak jelas perkembanganya saat ini. Trump juga mundur dari Paris Accord (sesuai janji kampanye) karena Senat yang didominasi Republiken tidak meratifikasi Paris Accord. Kemumduran AS dari dunia internasioanal tampaknya sedang dimanfaatkan China untuk merebut status superpower dengan menggenjot berbagai kekuatan nasional China yang akibatnya mengundang Perang Dagang yang belum berakhir hingga kini. Bahkan Perang Dagang berpotensi menjadi Perang Dingin Kedua dengan penangkapan putri pemilik Huawei, perusahaan telekom terbesar di dunia saat ini.
(A.S): Menurut Anda, bagaimana keunggulan politik luar negeri Obama dibandingkan Trump?
(Prof. B.C): Obama mampu memenuhi janji kampanye dengan menarik pasukan dari Iraq. Obama cenderung tidak bersedia melakukan petualangan militer sebagaimana Bush sehingga tidak menciptakan krisis ekonomi sebagaimana Bush pada akhir jabatanya tahun 2008. Obama mengarahkan politik luar negeri AS lebih ke Asia melalui Pivot to Asia namun kehilangan momentum karena habisnya masa jabatan presidem. Trump walaupun secara ekonomi sukses namun gagal memanfaatkan China sebagai rekanan dagang yang sesungguhnya berpotensi meningkatkan ekonomi AS jauh lebih baik jika mampu mmelihara hubungan baik dengan China.
(A.S): Menurut Anda, bagaimana solusi bagi Amerika Serikat yang tepat dalam menghadapi deglobalisasi dan kemunduran AS sendiri?
(Prof. B.C): Politik Luar Negeri AS memang cenderung mengarah pada proses deglobalisasi sebagaimana dipraktekkan Trump dengan menarik diri dari TPP dan Paris Accord , melarang warga dari 7 negara Islam memasuki AS, keinginan keras Trump membangun tembok pemisah di perbatasan AS-Meksiko yang membutuhkan dana besar. Sebenarnya dunia masih berharap agar AS kembali memainkan peran internasional sebagaimana sebelum Trump terpilih. Akan tetapi tampaknya Trump maih masih menabrak dinding tebal sehingga masih berusaha mencari jalan keluar untuk terus membangun tembok isolasionis. Sesuatu yang merupakan isyarat bahwa AS telah kehilangan international leadership yang selama ini disandang AS selama lima putuh tahun terakhir. Masa depan dunia internasional tampaknya semakin ditentukan oleh langkah-langkah trump menjelang pemilihan presiden yang kedua kalinya pada 2020 mendatang.
(A.S): Terima kasih atas kebersediaannya menjawab pertanyaan dari saya.
0 Comments