Text
11 FAKTA ERA GOOGLE : Bergesernya Agama dari Kebenaran Mutlak Menjadi Kekayaan Kultural Milik Bersama
Fenomena, gejala, dan ekspresi keagamaan kontemporer di berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia sangat kompleks.rnrnItu dilihat dalam kemunculan dan perkembangan teologi, doktrin, dan ritual agama itu sendiri maupun terkait bidang-bidang kehidupan lain.rnrnFenomena agama dalam tiga dasawarsa terakhir—sejak 1990an sampai sekarang menampilkan banyak fenomena kontradiktif.rnrnSebagian kontradiksi dan sekaligus ironi itu bisa disimak dalam karya Denny JA, 11 Fakta Era Google: Bergesernya Pemahaman Agama—Dari Kebenaran Mutlak Menuju Kekayaan Kultural Milik Bersama (Jakarta: 2021).rnrnDenny mengemukakan 11 argumen yang merupakan fakta baru dan lama yang mengubah pemahaman [dan sekaligus praksis] agama.rnrnMenurut dia, inti perubahan kehidupan dan praksis keagaman dalam masa yang dia sebut ‘era Google’ itu, perlahan tapi pasti, akan terjadi pergeseran kesadaran. “Yaitu pergeseran kesadaran dari ‘agamaku [sebagai] satu-satunya kebenaran mutlak’ menjadi ‘[ber]agama atau tidak beragama adalah kekayaan kultural milik kita bersama.rnrnSaat itu dunia akan lebih harmonis. Kultur semakin kaya. Keberagaman didukung kesadaran kolektif’, tulis dia.rnrnAgama for better or for worse juga kian merambah dan semakin terlibat dalam kontestasi di ranah publik—politik identitas yang terus bangkit dan bertahan di sejumlah negara Eropa, di AS di masa Presiden Donald Trump atau dalam Pilgub DKI Jakarta 2017-2018.rnrnSemua perkembangan ini tidak mengisyaratkan manusia menuju kehidupan lebih harmonis; sebaliknya meningkatkan kegaduhan kegaduhan dan konflik menyangkut agama, politik, sosial, budaya dan ekonomi.rnrnDengan begitu, gelombang demokratisasi, globalisasi, dan informasi instan yang disruptif tak membuat agama kehilangan relevansi.rnrnAgama semakin ekspansif bukan hanya dalam kehidupan politik, tapi juga sosial-budaya, ekonomi, pendidikan, keamanan, media massa, seni, arsitektur dan seterusnya.rnrnSemua fenomena ini jelas menimbulkan dampak tertentu atas kehidupan beragama yang terus kian meningkat akibat disrupsi karena kemajuan sains-teknologi—khususnya teknologi informasi semacam Google.rnrnKeterkaitan agama dengan semua bidang itu tidak selalu membuat kehidupan lebih baik, lebih harmonis dan lebih damai.rnrnBerbagai gejala kontradiksi dan ironi yang menimbulkan kontestasi, konflik, dan bahkan perang karena perbedaan pemahaman dan praksis keagamaan masih bisa terus disaksikan di berbagai penjuru dunia.rnrnIni terjadi di kalangan umat Kristiani dengan gereja dan denominasi sangat banyak; Islam dengan berbagai mazhab dan aliran berbeda, terutama Sunni dan Syi’ah.rnrnItu terjadi juga dengan Hindu yang relatif homogen, Budhisme dengan macam sekte dan pecahan agama dan sejumlah agama lain dan spiritualitas tidak berbasis agama utama yang hidup (living major world religions).rn
Tersedia | SJN00000033 | 297.272 DEN f | Perpustakaan Amir Machmud |
Tidak tersedia versi lain