Text
Di Bawah Bayang-Bayang Ratu Intan
Tsing, dalam buku ini membahas tentang konflik antara masyarakat pesisir dan masyarakat pedalaman. Masyarakat pesisir yang notabene lebih modern terus memarjinalkan masyarakat Meratus melalui kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Menariknya, masyarakat pedalaman yang seolah terhegemoni justru tidak merasa termarjinaliasi. Kepatuhan terhadap orang-orang berseragam dan penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa ritual menunjukkan bahwa masyarakat Meratus sangat bangga dengan pemerintah yang diharapkan bisa memperbaiki kehidupan mereka. Selain berbicara tentang marjinalisasi masyarakat pedalaman oleh pemerintah dan masyarakat pesisir, Tsing juga berbicara tentang marjinalisasi perempuan Meratus sendiri. Di mana perempuan tidak diperbolehkan melakukan perjalanan seorang diri sebagai bagian dari kehidupan Meratus. Akan tetapi, sosok Umak Adang justru melawan marjinalisasi ini di mana sebagai dukun perempuan dia dianggap dekat dengan sosok yang disebutnya sebagai Ratu Intan.
Tersedia | SJN00005870 | 307.7 ANN d | Perpustakaan Amir Machmud |
Tidak tersedia versi lain