Text
Indonesia tertawa : srimulat sebagai sebuah substruktur
eorang anak bertanya kepada sang ayah: “Untuk apa nonton Srimulat. Dapat apa saya. Hanya menghabiskan waktu saja”.
Sang ayah yang berusia empat puluh tahunan secara bijak menjawabnya: “Kita ini Nak, sudah sedemikian lama tak jadi manusia, lama pula menjadi bangsa yang laknat, bahkan kita tak habis-habis berperang melawan keinginan sempit kita sendiri. Kita sudah lama tak menjadi manusia Nak, sudah lama!”
“Marilah kita mulai proses menjadi manusia itu dengan tertawa. Kita butuh Srimulat, kita butuh Srimulat yang membuat tawa kita kembali menjadikan kita sebagai manusia. Kita butuh Srimulat, Nak! Agar Indonesia ini bisa tertawa.”
Grup lawak ini muncul tahun 1950-an. Benarkah ia tak tersaingi grup lain sampai sekarang? Berakar pada kebudayaan Jawa, tapi digemari semua orang. Apa hubungan Srimulat dengan demokrasi? Miskin inovasi tapi kreatif, apa maksudnya? Buku pertama yang menyorot Srimulat secara utuh sebagai fenomena budaya Indonesia. Lengkap dengan pengakuan puluhan personil Srimulat: Dari Asmuni sampai Nunung.
Tersedia | SJN00005849 | 817 ANW i | Perpustakaan Amir Machmud |
Tidak tersedia versi lain