Sejak beberapa tahun yang lalu, pemerintah telah menggalakan program literasi ke sekolah-sekolah di Indonesia, mulai dari TK, SD, SMP, hingga SMA. Program ini merupakan usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan minat membaca rakyat Indonesia, sehingga nantinya, masyarakat dapat berkompetisi maupun berkolaborasi dengan dunia luar.
Sehingga muncul berbagai nama program literasi, mulai dari Gerakan Membaca, Gerakan Literasi, Pembiasaan Literasi, dan sebagainya. Walaupun memiliki berbagai nama, Pembiasaan Literasi merupakan sebuah kegiatan untuk menanamkan kebiasaan melakukan literasi.
Sedangkan literasi sendiri menurut The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) adalah seperangkat keterampilan nyata, terutama pada bidang membaca dan menulis yang terlepas dari konteks yang mana keterampilan itu diperoleh serta siapa yang memperolehnya. Sehingga dapat disimpulkan kegiatan literasi merupakan kegiatan dengan dasar membaca dan menulis.
Seiring dengan perkembangan zaman, kegiatan literasi tidak hanya sekedar membaca dan menulis, namun berkembang sehingga literasi dapat terbagi menjadi literasi baca-tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, dan literasi budaya dan kewargaan.
Pembagian jenis literasi ini, merujuk pada penilaian Programme for International Student Assessment (PISA) yang dilaksanakan tahun 2018 silam.
Menurut penilaian PISA, literasi tingkat 1, 2, 3 (Baca-tulis, numerasi, dan sains) merupakan literasi dasar dan 4, 5, 6 (digital, finansial, budaya dan kewargaan) merupakan literasi tingkat tinggi. Sangat disayangkan, negara Indonesia memiliki skor PISA yang sangat rendah, dalam bidang baca-tulis, Indonesia berada pada urutan ke 72 dari 77 negara, bidang sains pada urutan 72 dari 78 negara, dan sains pada urutan 70 dari 78 negara, sehingga secara keseluruhan, standar tingkat literasi Negara Indonesia masih pada tingkat kedua, yaitu literasi numerasi saja.
Demi memperbaiki dan meningkatkan nilai literasi Indonesia, Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbud Ristek) telah menyusun strategi, yaitu dengan transformasi kepala sekolah yang dipilih dari guru-guru terbaik, mencetak generasi guru baru, menyederhanakan kurikulum, mengadakan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) sebagai pengganti Ujian Nasional, dan membuat Platform teknologi pendidikan berbasis mobile.
Kelima strategi ini diutarakan Nadiem Anwar Makarim setelah melakukan rapat terbatas secara daring pada April tahun 2020 lalu. Selain 5 strategi tersebut, beberapa program kegiatan juga sudah dieksekusi, salah satunya adalah mengarahkan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) kedalam bidang literasi.
Sebagai contoh, kegiatan KKN gelombang dua Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) mengambil tema KKN Tematik Literasi dan Rekognisi Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka – Pusat Prestasi Nasional. Pada kegiatan ini, mahasiswa yang melaksanakan KKN gelombang 2 difokuskan untuk mendorong kegiatan literasi di sekolah baik pada tingkat Sekolah Dasar maupun tingkat Sekolah Menengah Atas. Kegiatan masih diselenggarakan secara daring dalam rangka mencegah munculnya klaster Covid 19 yang baru.
Walaupun diselenggarakan secara daring, namun harapannya kegiatan ini dapat menjadi “pemantik” kebangkitan literasi di sekolah secara berkelanjutan, baik ketika kegiatan masih serba terbatas sampai kegiatan dapat dilaksanakan secara normal/luring kembali, sehingga tercipta generasi baru, yang tak hanya melek teknologi, namun juga melek literasi.
https://www.kompasiana.com/afzal1412/616c563e8bae93648c60c3a4/pembiasaan-literasi-ayo-bangkit-kembali
0 Comments